$type=ticker$cols=4$label=hide$show=post

[Edisi Terbaru]_$type=three$m=0$rm=0$h=420$c=3$snippet=hide$label=hide$show=home

Aliran-Aliran Islamisasi Sains

Ada beberapa aliran pemikiran dalam melakukan islamisasi sains. Islamisasi yang paling sederhana dan mudah dibayangkan oleh orang-orang adalah ayatisasi sains. Namun sebenarnya ada beberapa aliran lain yang justru lebih menjadi arus utama dalam proyek islamisiasi sains.

Ayatisasi Sains

Cara yang paling sederhana dan sering digunakan banyak orang tetapi sebenarnya kontroversial dalam menyusun sains Islam dari sudut pandang keilmuan yaitu aliran ayatisasi sains. Aliran ini dipopulerkan oleh Maurice Bucaille. Bucaille adalah seorang dokter Prancis yang juga memiliki ketertarikan kepada mumi. Tahun 1974 ia pergi ke Prancis untuk meneliti mumi firaun rames II yang sejaman dengan masa nabi Musa.

Ia menemukan bahwa mumi firaun tersebut memiliki kadar garam yang tinggi berbeda dengan mumi-mumi yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa firaun ramses II memang tenggelam di laut merah lalu jasadnya dapat ditemukan dan dimumikan. Ini sejalan dengan al Qur’an surat Yunus ayat 92: “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu (firaun) supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”

Beberapa sumber menyebutkan bahwa penemuan ini menyebabkan Buchaille masuk Islam. Setelah itu, ia menulis beberapa buku yang menunjukkan kesesuaian sains modern dengan ayat al Qur’an. buku-bukunya yang cukup terkenal dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yaitu: “What is the Origin of Man?” dan “La Bible, le Coran et la Science”

Disebut kontroversial karena sebagaimana sebutannya yaitu ayatisasi sains, model islamisasi sains ini dilakukan dengan mencari ayat-ayat yang sesuai dengan sains modern. Sehingga kontribusinya kepada keilmuan sangat kurang. Hanya menunggu sains yang ditemukan oleh orang barat lalu tugas kita hanya mencari ayat yang sesuai.

Yang lebih kontroversial lagi adalah apabila ayatisasi sains ini menjadi dasar kebenaran atau mukjizat al Qur’an. biasanya ada ungkapan bahwa al Qur’an terbukti kebenarannya karena sesuai dengan sains modern. ungkapan seperti ini bermasalah karena secara tidak sadar sains modern menjadi ukuran bagi al Qur’an. Padahal sains adalah sesuatu yang masih dapat berubah karena penemuan baru. Bila ada ayat al Qur’an yang bertentangan dengan sains modern apakah al Qur’an yang keliru? Tentu tidak. Justru al Qur’an harus menjadi pengukur bagi sains modern.

Integrasi Ilmu

Tokoh integrasi ilmu adalah Ismail Raji Al Faruqi. Dikabarkan bahwa al Faruqi mendapatkan inspirasi gagasan islamisasi ilmu dari Syed Muhammad Naquib Al Attas lalu mengembangkan gagasannya sendiri. Gagasannya tersebut dituangkan dalam bukunya yang berjudul Islamization of Knowledge.

Al Faruqi melihat permasalahan yang ada adalah dikotomi ilmu. Orang yang mengambil pendidikan umum tidak mengerti ilmu agama, sebaliknya orang yang mengambil pendidikan agama tidak mengerti ilmu umum. Dengan permasalahan seperti itu solusinya jelas adalah integrasi atau penyatuan antara ilmu umum dan ilmu agama. Jadi kita harus menguasai ilmu-ilmu modern dan khazanah keilmuan Islam lalu melakukan sintesis kreatif antara keduanya.

Selain itu, Al Faruqi juga menetapkan setidaknya terdapat 12 langkah yang perlu dilalui untuk mencapai tujuan mulia di atas, langkah-langkah yang dimaksud adalah, (1) penguasaan disiplin modern yang meliputi prinsip, metodologi, masalah, tema, dan perkembangannya; (2) peninjauan disiplin ilmu; (3) penguasaan ilmu warisan Islam: ontologi; (4) penguasaan ilmu warisan Islam dari sisi analisis; (5) penentuan relevansi Islam yang tertentu kepada suatu disiplin ilmu; (6) penilaian secara kritis disiplin modern untuk memperjelas kedudukan disiplin terhadap langkah yang harus diambil untuk menjadikannya bersifat islami; (7) penilaian secara kritis ilmu warisan Islam, seperti pemahaman terhadap Al-Qur’an dan sunnah, perlu analisis dan kajian terhadap kesalahpahaman; (8) kajian dan penelitian masalah utama umat Islam; (9) kajian tentang masalah utama yang membelit manusia sejagad; (10) melahirkan analisis dan sintesis yang kreatif; (11) pengacuan kembali disiplin dalam kerangka Islam, seperti kitab-kitab utama teks dalam universitas; dan (12) harus memasar dan menyosialisasikan ilmu-ilmu yang sudah di-Islamkan.

Islamisasi Paradigma Sains

Istilah islamisasi ilmu kontemporer dapat dikatakan pertama kali diungkapkan oleh seorang cendekiawan muslim asal Bogor yang kini tinggal di Malaysia yaitu Syed Muhammad Naquib Al Attas. Gagasannya itu dapat dibaca pada bukunya yang berjudul Islam & Secularism. Al Attas mengatakan, bahwa islamisasi ilmu adalah pembebasan ilmu dari penafsiran-penafsiran yang didasarkan pada ideologi sekuler dan dari makna serta ungkapan-ungkapan sekuler.

Secara sederhana Al Attas melihat problem yang mengharuskan adanya islamisasi adalah problem keilmuan. Ilmu-ilmu dari barat yang kita pelajari sudah dimasuki oleh filsafat barat humanisme, rasionalisme, dualisme. Karena itu Islamisasi ilmu model al Attas ini dapat dikatakan islamisasi paradigma. Intinya adalah pembersihan terhadap filsafat barat seperti yang terdapat pada ilmu. Pembersihan ini dapat dilakukan oleh orang yang memiliki kajian yang mendalam terhadap metafisika dan epistemologi Islam serta pemahaman terhadap filsafat barat.

Model islamisasi ini sejalan dengan islamisasi yang telah dijalankan umat Islam pada masa lalu. Ketika menghadapi ilmu-ilmu dari peradaban di luar Islam umat Islam melakukan penyeleksian dan pembersihan terhadap ilmu yang mereka ambil dari luar. Ibn Taimiyyah, dalam Majmu' Fatawa menulis,

“Karena sesungguhnya ilmu-ilmu filsafat, logika, fisika, astronomi, dan lainnya yang berasal dari filosof-filosof India, Yunani, Persia, dan Romawi ketika masuk ke kaum muslimin, diseleksi dan dibersihkan disebabkan kemuliaan akal dan bagusnya lisan mereka. Sehingga perkataan mereka dalam hal ini lebih sempurna, lebih menyeluruh, dan lebih jelas. Hal ini sudah pasti diketahui oleh setiap orang yang berakal lagi mulia.”

Saintifikasi Islam

Wacana islamisasi sains mendapat respons dari cendekiawan muslim di Indonesia salah satunya dari Kuntowijoyo dengan gagasannya pengilmuan Islam sebagaimana dalam bukunya Islam sebagai Ilmu. Pengilmuan Islam adalah kebalikan dari islamisasi sains. Jika pengilmuan Islam berfokus pada Islam yang diilmukan, islamisasi sains berfokus pada sains yang diislamkan.

Pengilmuan Islam berarti menjelaskan ajaran Islam melalui ilmu-ilmu umum. Ayat yang berkaitan dengan gejala alam dijelaskan dicari penjelasannya dalam sains. Ayat yang berkaitan dengan gejala sosial dicari penjelasannya dengan teori sosial.

Misalkan ada hadis yang menyebutkan kefakiran itu mendekatkan kepada kekufuran. Dalam konsep pengilmuan Islam, gagasan ini harus dijelaskan berdasarkan teori sosial mengapa kemiskinan itu mendekatkan kepada kekufuran. Dengan cara seperti ini nanti dapat dirinci mengapa ada kemiskinan yang tidak menjadi kekufuran. Kemudian dapat diketahui pula berdasarkan riset empiris kemiskinan seperti apa yang mendekatkan pada kekufuran.

Cara ini juga bisa disebut sebagai saintifikasi bila berkaitan dengan klaim agama di bidang sains, misalnya bahwa madu menyehatkan. Maka tugas kita saat ini adalah mencari penjelasan sains mengapa madu itu menyehatkan. Zat apakah yang ada di dalam madu yang membuat tubuh kita menjadi sehat. Lalu penyakit apa saja yang dapat disembuhkan oleh madu.

Cara seperti ini berbeda dengan ayatisasi sains karena tidak menjadikan sains sebagai pembenaran terhadap al Qur’an. Tetapi mencari penjelasan bagaimana mekanisme suatu klaim dalam Islam secara saintifik. Tujuannya agar ajaran Islam dapat dioperasionalisasikan secara praktis. Dengan cara seperti ini ajaran Islam dapat menjadi rahmatan lil alamin karena tentu setiap orang akan dapat menerima penjelasan sains misalnya soal mengapa madu itu menyehatkan. [mrh]

Oleh: Irfan Habibie

KOMENTAR


Nama

Buya Risman,36,Edisi Terbaru,39,Ekonomi Islam,8,Ghazwul Fikri,6,Infografis,3,Khazanah,8,Kolom,73,Konsultasi,4,Mutiara Takwa,5,Opini,9,Sains,4,Sajian Khusus,17,Sajian Utama,50,
ltr
item
Majalah Tabligh: Aliran-Aliran Islamisasi Sains
Aliran-Aliran Islamisasi Sains
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLO32ufkKHQfDzOcPnfTy5WcgE5fk9ggO18MGEehCyRZL0YMfIoZ5WeEpLiRtR2nIzalZtrxZJWRKKLC5VopQUIfJa5XUL764UnOu7F3GvazoRGBMr8mxCZvJxXaTv2o5Rp6G5ZqDsk9yX/s640/Aliran+Islamisasi+Sains.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLO32ufkKHQfDzOcPnfTy5WcgE5fk9ggO18MGEehCyRZL0YMfIoZ5WeEpLiRtR2nIzalZtrxZJWRKKLC5VopQUIfJa5XUL764UnOu7F3GvazoRGBMr8mxCZvJxXaTv2o5Rp6G5ZqDsk9yX/s72-c/Aliran+Islamisasi+Sains.png
Majalah Tabligh
https://www.majalahtabligh.com/2016/11/aliran-aliran-islamisasi-sains.html
https://www.majalahtabligh.com/
https://www.majalahtabligh.com/
https://www.majalahtabligh.com/2016/11/aliran-aliran-islamisasi-sains.html
true
945971881399728876
UTF-8
Muat semua Tidak ditemukan TAMPILKAN SEMUA Baca lagi Jawab Cancel reply Hapus Oleh Beranda PAGES POSTS Tampilkan semua Rekomendasi untuk Anda UPDATE ARSIP CARI SEMUA POS Not found any post match with your request Kembali Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy