$type=ticker$cols=4$label=hide$show=post

[Edisi Terbaru]_$type=three$m=0$rm=0$h=420$c=3$snippet=hide$label=hide$show=home

Kepemimpinan Politik Islam : Dari Kejujuran Menuju Keadilan

Kepemimpinan dan Ketakwaan

Masalah kepemimpinan politik dalam pandangan  Islam adalah perkara yang sangat penting.  Karena pentingnya keberadaan pemimpin politik dalam Islam, tatkala Rasulullah wafat, para sahabat menunda memakamkan jenazah Rasulullah selama dua malam untuk bermusyawarah memilih pemimpin Daulah Madinah pengganti Rasulullah dan terpilihlah sahabat Abu Bakar Asy Shidiq menjadi seorang khalifah pertama dalam Islam.

Fungsi  kepemimpinan dalam Islam adalah untuk mengatur  urusan manusia agar tertib sejalan dengan  nash Al Qur’an  serta tidak terjadi kekacauan dan perselisihan. Rasulullah memerintahkan agar mengangkat salah satu menjadi pemimpin dalam sebuah  perjalanan. Islam mewajibkan umat untuk taat kepada Allah, Rasulullah dan kepada ulil amri yakni orang yang diamanahi untuk mengatur urusan umat.

Ali bin Abi Thalib dalam Tafsir Al Quran karya Al Baghawi menjelaskan bahwa seorang imam atau pemimpin negara wajib memerintah berdasarkan hukum yang telah diturunkan Allah SWT, serta menunaikan amanah sebagai manifestasi ketakwaan. Jika dia melakukan itu, maka rakyat wajib untuk mendengarkan dan mentaatinya. Sebaliknya tidak wajib taat kepada kemimpin tidak memerintah berdasarkan hukum yang telah diturunkan Allah SWT atau memerintahkan  kemaksiatan kepada Allah.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa tidak ada ketaatan kepada makhluk yang memerintahkan kemaksiatan kepada Allah (HR Ahmad). Dengan demikian ketaatan kepada pemimpin dalam  pandangan Islam hanya jika pemimpin tersebut beriman dan bertakwa kepada Allah serta mengikuti keteladanan Rasulullah. Sebab Rasulullah, selain sebagai Rasul juga adalah seorang pemimpin negara yang memiliki kejujuran dan keadilan yang sempurna.

Dalam ajaran Islam, kepemimpinan dan ketakwaan adalah dua sisi mata uang. Sebab ketakwaan adalah sebaik-baik bekal  bagi seorang muslim untuk meraih keselamatan dunia akherat. Terlebih seorang pemimpin politik yang diberikan amanah berat untuk mengatur segala urusan rakyat. Ketakwaan kepada Allah artinya seorang pemimpin melibatkan Allah dalam melaksanakan amanah.
Pengertian takwa menurut Abu Hurairah yang dijelaskan oleh Ibn Abi Dunya dalam kitab at takwa dengan memberikan ilustrasi seseorang yang berhati-hati saat mendapati jalan yang dilewatinya banyak duri agar terhindar dari tajamnya tusukan duri di kaki. Kehati-hatian dalam menjalani kehidupan agar tetap dalam koridor hukum Allah dan tidak terjerembab dalam kubangan dosa inilah yang dimaksud takwa menurut Abu Hurairah.

Perkataan Abu Hurairah sejalan dengan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Al Bukhari, at Tirmidzi, Ibn Majah, al Hakim dan al Baihaqi, bahwa tidaklah dikatakan sebagai orang mukmin yang mencapai derajat taKwa hingga ia meninggalkan hal-hal yang tidak berguna karena khawatir terjerumus kepada hal-hal yang haram.

Ketakwaan adalah derajat paling mulia di sisi Allah. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (QS Al Hujuraat : 13).

Ketakwaan menurut ulama adalah melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi seluruh larangan Allah. Seluruh perintah Allah mencakup aspek fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Dengan demikian indikator ketakwaan seorang pemimpin adalah menerapkan hukum-hukum Allah secara kaffah di seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ketakwaan Melahirkan Kejujuran dan Keadilan

Pemimpin adalah sosok sentral bagi rakyatnya. Perilaku dan sikapnya akan menjadi cermin dan teladan yang mudah dicontoh sekaligus dicaci. Pemimpin adalah pancaran inspirasi bagi banyak orang. Kemuliaan seorang pemimpin akan melahirkan kecintaan rakyatnya dan kezalimannya akan mengakibatkan keruntuhan dan kehinaannya. Untuk itu mestinya seorang pemimpin politik negara adalah mereka yang penuh kejujuran dan berbuat adil kepada rakyatnya. Kejujuran dan keadilan adalah dua sifat wajib bagi seorang pemimpin negara.

Seorang pemimpin hendaknya mampu memberikan dorongan atau motivasi untuk membangkitkan semangat rakyatnya dalam suasana suka dan duka. Seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan dalam berbuat kebaikan. Tidak ragu menjalankan keputusan yang benar, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang akan menyesatkan. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan batin dan kemampuan mengendalikan diri yang kuat, hingga dengan sabar mampu menampung pendapat rakyatnya yang bermacam-macam.

Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat dan martabatnya, bisa mengetahui keadaan dan keinginan rakyatnya. Hakikat pemimpin adalah pelayan rakyat, sebab rakyatlah yang memilinya. Pemimpin politik negara harus mampu menyerap dan memahami aspirasi rakyatnya. Seorang pemimpin hendaknya menempatkan semua orang pada derajat dan martabat yang sama, sehingga dapat berlaku jujur, adil, bijaksana, dan penuh kasih sayang terhadap rakyatnya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa karena kerendahan hatinya dan berani menegakkan kebenaran dan keadilan secara tegas dan tuntas tanpa pandang bulu. Seorang pemimpin hendaknya berwatak sentosa, teguh dan murah hati, suka beramal dan senantiasa berusaha untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.

Pemimpin yang Mencintai dan Dicintai Rakyat

Pemimpin yang tidak pernah ‘hidup’ bersama rakyat kecil adalah orang yang tidak akan tahu kondisi hidup dan psikologi mereka. Sebagai pemimpin agung, Rasulullah adalah sosok yang lahir diantara pasukannya, hidup bersama mereka, mempelajari kondisi psikologi mereka, dan mengetahui skill dan ability mereka. Muhammad selalu mendelegasikan tugas kepada   sahabat  yang  pantas dan tepat. Dia tidak pernah  membebani Hasan bin Tsabit dengan sebuah kepemimpinan dalam  perang. Ia tidak pernah memberikan pedangnya kecuali kepada yang orang yang dapat memenuhi hak  pedang itu. Beliau memberikan kepada Abu Dujanah karena Rasulullah mengetahui benar siapa sosok Abu Dujanah.

Rasul selalu mencintai dan menyayangi para sahabat tak ubahnya seperti bapak yang menyayangi anaknya. Rasulpun selalu  memaafkan mereka dari berbagai kesalahan, sebesar apapun kesalahan itu. Untuk sifat pemaaf ini terlalu banyak buku yang menceritakannya. Karena sifat ini sangat masyhur dimiliki Rasulullah.

Saking cintanya para sahabat kepada Rasulullah, ketika  beliau wafat, kaum muslimin nyaris kehilangan akalnya. Bahkan, Umar bin Khaththab membantah Rasul telah wafat.  Hingga dia mengancam akan membunuh bagi yang mengatakan bahwa Rasulullah telah wafat. Namun setelah dipahamkan oleh Abu Bakar Siddiq, Umar pun menjadi lebih tenang. Sikap Umar hanyalah refleksi kecintaan yang sangat tinggi terhadap Rasulullah. Bukan karena menolak kematian. Rasulullah menjadi sosok pemimpin sejati dan pemimpin agung karena kepemimpinan beliau bukan berdasarkan nafsu kekuasaan, melainkan berdasarkan kebenaran wahyu.

Adalah mutlak seorang pemimpin mencintai rakyatnya secara tulus dan dapat dirasakan oleh mereka, bukan malah menzolimi dan menyengsarakan rakyat.  Rakyat adalah orang lemah yang tak bisa banyak berharap kecuali kepada kebijaksanaan dan perhatian pemimpinnya. Rakyat kecil identik dengan kemiskinan dan keyatiman. Rakyat kecil hanya bisa berharap kebijakan seorang pemimpin yang bisa mewujudkan kejujuran, keadilan, kesejahteraan, ketenangan, kemudahan, kesehatan, pendidikan dan keamanan. Allah memberikan ancaman keras bahwa pemimpin yang menzalimi rakyat kecil dan membela para kaum kapitalis asing sebagai pendusta agama. Pemimpin seharusnya menjadi semacam lentera harapan bagi kebajikan kehidupan rakyat kecil.

Sebagaimana pernah dikatakan Rasulullah bahwa pemimpin  yang baik adalah yang dicintai rakyatnya dan pemimpin itupun mencintai rakyatnya. Kecintaan rakyat kepada pemimpin adalah hanya bisa diwujudkan ketika pemimpin itu mau menuruti titah Tuhan dalam kepemimpinannya. Kejujuran, keadilan dan kasih sayang Allah kepada manusia dijadikan sebagai inspirasi kepribadian dan sistem aturan dalam menjalankan amanah kepemimpinan. Namun jika nafsu dan kezaliman yang menjadi sifat kepemimpinan, maka kemurkaan Allah dan rakyat akan menghiasi perjalanan kepemimpinannya.

Menjadi pemimpin atau atau mentaati pemimpin adalah perbuatan yang juga akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Kesalahan memilih pemimpin  yang tidak jujur dan tidak adil, namun malah yang zalim, akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akherat. Pemimpin yang baik adalah yang mampu mengantarkan rakyat kepada keselamatan dunia akherat. Kejujuran, keadilan, kecerdasan, tanggungjawab atas amanah, dan senantiasa menyampaikan kebaikan yang dimiliki oleh kepemimpina politik Rasulullah hendaknya menjadi teladan bagi pemimpin politik di negeri ini.
Pemimpin yang baik adalah yang mengantarkan rakyatnya menjadi masyarakat yang beriman dan bertakwa. Sebab keduanya bisa mendatangkan keberkahan. Sebaliknya pemimpin politik yang zolim bisa mendatangkan kemurkaan Allah. Hal ini sejalan dengan janji Allah :  Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS Al A’raf : 96)

Dengan demikian penguasa dan pemimpin  politik yang penuh kejujuran dan keadilan bukan hanya wajib hukumnya, namun juga sangat dibutuhkan rakyat. Kepemimpinan politik Islam yang dijalankan oleh Rasulullah hendaknya menjadi contoh untuk diterapkan dalam kepemimpinan politik di negeri ini. jika tidak, maka siapapun pemimpin di negeri ini hanya akan menambah panjang penderitaan rakyat. []

Penulis: AHMAD SASTRA
Dosen Filsafat di Pascasarjana UIKA Bogor

KOMENTAR


Nama

Buya Risman,36,Edisi Terbaru,39,Ekonomi Islam,8,Ghazwul Fikri,6,Infografis,3,Khazanah,8,Kolom,73,Konsultasi,4,Mutiara Takwa,5,Opini,9,Sains,4,Sajian Khusus,17,Sajian Utama,50,
ltr
item
Majalah Tabligh: Kepemimpinan Politik Islam : Dari Kejujuran Menuju Keadilan
Kepemimpinan Politik Islam : Dari Kejujuran Menuju Keadilan
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4vmN3Krf5BClgB3TuPT2XsuX8Jkga6Kx-_Goz9F23hIFgpso-NixQlQdvv_P9GnbdJDTXGcnR9oJkNlqFC0ZYtDgC8yHBjkJaeV4cj44rt56WpvGoDRuFlS3yYYzSrF21LoUs0nJLEzeF/s320/Kepemimpinan+Politik+Islam+-+Dari+Kejujuran+Menuju+Keadilan.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4vmN3Krf5BClgB3TuPT2XsuX8Jkga6Kx-_Goz9F23hIFgpso-NixQlQdvv_P9GnbdJDTXGcnR9oJkNlqFC0ZYtDgC8yHBjkJaeV4cj44rt56WpvGoDRuFlS3yYYzSrF21LoUs0nJLEzeF/s72-c/Kepemimpinan+Politik+Islam+-+Dari+Kejujuran+Menuju+Keadilan.png
Majalah Tabligh
https://www.majalahtabligh.com/2019/06/kepemimpinan-politik-islam-dari.html
https://www.majalahtabligh.com/
https://www.majalahtabligh.com/
https://www.majalahtabligh.com/2019/06/kepemimpinan-politik-islam-dari.html
true
945971881399728876
UTF-8
Muat semua Tidak ditemukan TAMPILKAN SEMUA Baca lagi Jawab Cancel reply Hapus Oleh Beranda PAGES POSTS Tampilkan semua Rekomendasi untuk Anda UPDATE ARSIP CARI SEMUA POS Not found any post match with your request Kembali Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy