$type=ticker$cols=4$label=hide$show=post

[Edisi Terbaru]_$type=three$m=0$rm=0$h=420$c=3$snippet=hide$label=hide$show=home

Pendidikan Islam dalam Pandangan K.H. Farid Ma’roef

Belum lama ini tersiar kabar seorang pengusaha yang merangkap praktisi pendidikan mencetuskan satu gagasan kontroversial: Meminta Presiden Joko Widodo untuk menghapus pendidikan agama dari sekolah. Pernyataan ini tentu lebih tepat disebut celotehan ketimbang gagasan. Selain ahistoris, pernyataan ini meluncur dari bibir yang tak memahami negara yang berlandaskan prinsip Ketuhanan yang Maha Esa.

Bagi sebagian pihak, agama memang kerap dijadikan kambing hitam atas segala persoalan yang muncul di masyarakat. Istilah ‘mabok agama’ bahkan disemburkan tanpa malu- malu, meski kita tahu justru faktor agama-lah yang banyak berkontribusi dalam berdirinya negara ini. Baik dari ajaran Jihad fi Sabilillah yang menolak segala rupa penindasan dan kolonialisme serta pendidikan agaam yang tersebar di seluruh negeri yang mencerdaskan bangsa ini.

Jika kita melihat kembali ke belakang, tampak jelas bahwa tanpa peran lembaga-lembaga pendidikan agama (Islam) baik itu pesantren, dayah, meunasah, sekolah atau universitas, negara ini tak mampu memenuhi kewajiban untuk mencerdaskan rakyatnya.

Muhammadiyah sebagai salah satu ormas Islam yang tertua bahkan telah berkhidmat dalam pendidikan sejak lebih dari satu abad yang lalu. Bahkan Muhammadiyah telah dikenal luas sebagai lembaga yang unggul dalam amal pendidikannya.

Munculnya fenomena pihak yang alergi dengan pendidikan agama membuat kita harus meninjau kembali tujuan pendidikan agama Islam di Indonesia. Salah satu tokoh yang mengupas persoalan ini adalah, K.H. Farid Ma’roef, salah seorang tokoh Muhammadiyah dan juga wakil ketua Masyumi yang lahir pada tahun 1908.

Penjelasan K.H. Farid Ma’roef tentang tujuan pendidikan Islam dapat kita temukan dalam tulisannya semasa penjajahan Jepang di Surat Kabar Soeara Moeslimin Indonesia, sebuah organ resmi publikasi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).

Tulisan yang berjudul “Pendidikan Islam” ini dikupas oleh K.H. Farid Ma’roef secara sistematis. Secara garis besar menurut beliau sebelum menyelenggarakan pendidikan Islam menekankan pentingnya tujuan pendidikan tersebut. Ada tiga tujuan pendidikan Islam. Pertama, “Mengabdi dan berbakti kepada Tuhan yang Maha Kuasa. Tujuan ini menjadi tujuan dasar dan utama dari pendidikan Islam. Sebab menurut beliau, Allah adalah zat yang Maha Sempurna, sumber segala kebaikan dan yang memberi kita berbagai nikmat. Mengabdi berarti mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Kedua, pendidikan harus bertujuan memberi kebaikan bagi diri dan masyarakat umum.
Agama Islam menghendaki agar tiap manusia menjadi seorang yang baik bagi diri, rumah tangga dan lingkungannya. Demikian pula manusia dituntut untuk memperbaiki masyarakatnya.

Ketiga, tujuan pendidikan adalah untuk mempertahankan kedudukan agamanya. Menurut Farid Ma’roef, 
“Agama Islam ialah agama jang hak, agama jang soetji. Segala peratoerannja mengandoeng kepada kebaikan dan kesoetjian. Barang jan baik dan soetji, tentoe soedah sewadjibnya dipertahankan kebaikan dan kesoetjiannya.”
Jika tujuan sudah diketahui, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan jalan untuk mencapai tujuan tersebut. Farid Ma’roef melakukan analisis sosial terhadap kegiatan pendidikan. Menurutnya hidup manusia dipengaruhi oleh beberapa hal dan keadaan lingkungannya. Jika di sekelilingnya baik, maka kebaikan juga akan membekas padanya.

Maka untuk memperbaiki sistem pendidikan ada tiga lingkungan yang penting untuk diperhatikan. Pertama, Rumah Tangga; kedua, Sekolah dan madrasah; dan ketiga, pergaulan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan maka lingkungan rumah tangga harus ditanamkan ruh agama dan didorong agar meningkatkan pendidikan kaum ibu dengan pendidikan agama dan akhlak. Kemudian kedua orang tua hendaknya memberi contoh pada anaknya dalam menghormati agama dan menunaikan kewajibannya. Lalu anak-anak juga diberi semangat Islam di waktu yang baik, seperti mengajak ke masjid atau menghafal al-Qur’an.Terakhir, dalam rumah tangga menurut Farid Ma’roef harus diber asupan buku-buku bacaan yang mengandung pendidikan agama yang menarik, bermanfaat dan menjauhkan dari bacaan-bacaan yang berguna.

Lingkungan kedua yang berpengaruh adalah Sekolah dan Madrasah. K.H. Farid Ma’roef mengingatkan bahwa walaupun mayoritas rakyat Indonesia beragama Islam, tetapi sebagian besar dari mereka tidak mengerti seluk beluk agamanya. Mereka tidak dapat membaca dan menulis, jatuh dalam lembah kemiskinan, bahkan tidak dapat menjaga kesehatannya.

Mengingat keadaan itu, K.H. Farid Ma’roef meminta agar madrasah dan sekolah untuk berperan dalam lingkungan mereka.

Diantaranya dengan “..menggiring anak2 Indonesia menjadi orang Islam jang berkobar-kobar semangatnja dengan choesoes’nja, lagi tjerdas otaknja.”

Selain itu, faktor internal lembaga pendidikan sendiri patut mendapatkan perhatian. Diperlukan guru-guru yang berpengetahuan luas, baik budi pekertinja, berseri-seri wajahnya dan tak kenal putus asa. Guru tersebut juga harus sehat jasmani dan berpakaian yang pantas. Serta bersemangat Islam sehingga dapat menanam benihnya kepada anak muridnya.

Faktor materi yang diajarkan juga mendapat perhatian Farid Ma’roef. Menurutnya, sekolah dan madrasah mengajarkan 
Ilmoe oemoem dan ilmoe agama haroes berdjalan bersama-sama.”
Ia menolak dikotomi dan menolak untuk mengunggulkan salah satunya. Kemudian sekolah juga harus memberi waktu yang cukup untuk pelajaran agama dan bahasa arab. Ketiga, dalam mengajarkan pelajaran agama, sebisa mungkin harus juga diamalkan.

Menariknya, K.H. Farid Ma’roef mendorong agar dilakukan pendidikan dengan sistem asrama atau ‘pondokan.’ Sebab dalam sistem asrama atau ‘pondokan’, mereka akan mendapatkan pendidikan dan pelajaran yang lebih sempurna dan teratur. Gerak-gerik para murid akan selalu diamati oleh para pemimpinya dan selalu mendapatkan tuntunan dari para gurunya. Kalaupun tidak dapat dilakukan sistem pendidikan berasrama atau ‘pondokan’, maka para guru berkewajiban untuk mengetahui kehidupan para muridnya dilingkungan rumahnya.

Terakhir, lingkungan yang mempengaruhi pendidikan setelah rumah tangga, madrasah atau sekolah, adalah pergaulan sehari-hari. Sudah menjadi tabiat manusia untuk bergaul. Dari pergaulan itu, manusia mengambil ilmu pengetahuan, budi pekerti, sopan santun dan lainnya.

Pergaulan yang dimaksud K.H. Farid Ma’roef adalah Kawan dan handai taulan, Balai dan tempat pertemuan, dan Perayaan di hari besar. Wajib bagi pendidik untuk memberi arahan pada anak-anak muridnya untuk berteman dengan anak yang berakhlak baik dan mejauhi yang buruk perangainya. Sebisa mungkin anak juga dijauhkan dari balai pertemuan yang dapat merusak agama dan budi pekerti. Dan sebaliknya, harus diajak ke tempat pertemuan yang dilingkupi oleh “oedara ilmoe pengetahoean, semangat agama dan sopan santoen jang moelia.”

Perayaan hari besar umat Islam adalah Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha yang mengandung keagungan dan keindahan Islam. Oleh sebab itu menurut K.H. Farid Ma’roef, sebaiknya anak-anak diajak untuk menghadirinya, agar “tertanam dalam sanoebarinja benih ke-Islam-an jang moerni lagi soetji, jang kelak moedah-moedahan mendjadi orang jan baik, bagi dirinja dan masjarakat bersama.”

Teranglah bahwa pendidikan Islam bukan saja sekedar mencari pengetahuan belaka. Tetapi sebagai jalan untuk berbakti pada Allah. Meski tujuan berdimensi akhirat, namun pendidikan Islam tidak melepaskan diri dari masyarakatnya. Hasil dari pendidikan Islam adalah manusia-manusia yang membawa kebaikan bagi masyarakatnya. []

Oleh : Beggy Rizkiyansyah

KOMENTAR


Nama

Buya Risman,36,Edisi Terbaru,39,Ekonomi Islam,8,Ghazwul Fikri,6,Infografis,3,Khazanah,8,Kolom,73,Konsultasi,4,Mutiara Takwa,5,Opini,9,Sains,4,Sajian Khusus,17,Sajian Utama,50,
ltr
item
Majalah Tabligh: Pendidikan Islam dalam Pandangan K.H. Farid Ma’roef
Pendidikan Islam dalam Pandangan K.H. Farid Ma’roef
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7Ft76-R_pIHgUzrp3Pr_7BATBHQk4_bZ1kaJ3n3RfsNPd2mosP03M-io6aG_AYWMzDqCtaTOObL7ebBhZN78gE6aB2zK-8it8gbYtQnbGp5oN64HT-YxIOnreuh36vzVNMWegTegEy_SD/s320/Pendidikan+Islam+dalam+Pandangan+K.H.+Farid+Ma%25E2%2580%2599roef.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi7Ft76-R_pIHgUzrp3Pr_7BATBHQk4_bZ1kaJ3n3RfsNPd2mosP03M-io6aG_AYWMzDqCtaTOObL7ebBhZN78gE6aB2zK-8it8gbYtQnbGp5oN64HT-YxIOnreuh36vzVNMWegTegEy_SD/s72-c/Pendidikan+Islam+dalam+Pandangan+K.H.+Farid+Ma%25E2%2580%2599roef.png
Majalah Tabligh
https://www.majalahtabligh.com/2019/08/pendidikan-islam-dalam-pandangan-kh.html
https://www.majalahtabligh.com/
https://www.majalahtabligh.com/
https://www.majalahtabligh.com/2019/08/pendidikan-islam-dalam-pandangan-kh.html
true
945971881399728876
UTF-8
Muat semua Tidak ditemukan TAMPILKAN SEMUA Baca lagi Jawab Cancel reply Hapus Oleh Beranda PAGES POSTS Tampilkan semua Rekomendasi untuk Anda UPDATE ARSIP CARI SEMUA POS Not found any post match with your request Kembali Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy