يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai manusia sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kalian berbangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling berkenalan. Sesungguhnya yang paling mulia (dermawan) dari kalian yang paling taqwa diantara kalian. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui Maha teliti.” (Q.S. Al-Hujurat/49: 13).
عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطَبَ النَّاسَ يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ، فَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبِّيَّةَ الجَاهِلِيَّةِ وَتَعَاظُمَهَا بِآبَائِهَا، فَالنَّاسُ رَجُلاَنِ: بَرٌّ تَقِيٌّ كَرِيمٌ عَلَى اللهِ، وَفَاجِرٌ شَقِيٌّ هَيِّنٌ عَلَى اللهِ، وَالنَّاسُ بَنُو آدَمَ، وَخَلَقَ اللَّهُ آدَمَ مِنْ تُرَابٍ، قَالَ اللَّهُ: {يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} .
Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah SAW berkhutbah hari pembebasan kota Makkah, beliau bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya Allah menghilangkan dari kalian kesombongan jahiliyyah, dan kebanggaan dengan nenek moyang, manusia terbagi menjadi dua golongan: golongan baik, bertaqwa, mulai di sisi Allah, golongan yang lainnya golongan fajir, celaka hina di sisi Allah. Manusia itu anak keturunan Adam, dan Allah menciptakan Adam dari tanah. Allah berfirman:
‘Wahai manusia sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan prempuan dan menjadikan kalian berbangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling berkenalan, sesungguhnya yang paling mulia (dermawan) dari kalian yang paling taqwa dari kalian sesungguhnya Allah Maha mengetahui Maha teliti.’ [(Q.S. Al-Hujurat/49: 13) HR Tirmidzi no. 3270, dan Ahmad dalam Musnadnya].
Berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, merasakan adanya satu bangsa adalah fitrah Allah yang baik dan tidak boleh dijadikan alasan untuk saling bermusuhan atau saling merendahkan. Tidak ada alasan untuk menghilangkan kebangsaan melainkan harus dikokohkan. Merasa satu bangsa yang saling menguatkan eksistensinya yang memilki hak tinggal, hak berkarya dan memberikan yang terbaik bagi bangsanya.
Kemudian Allah menjelaskan tujuan diciptakna berbangsa dan bersuku untuk saling berkenalan (ta’aruf) yang menjadikan hati saling dekat, berkasih sayang, dan berlomba dalam berbuat ihsan kepada yang lainnya. Saling kenal untuk mudah membangun persaudaraan atas kesamaan misi kebaikan dan bertoleransi dalam perbedaan, perkenalan di antara mereka dimulai dari skala yang paling kecil hingga kepada skala dunia yang paling luas.
Semua manusia ingin menggapai kemuliaan, dan kemulian adalah pengakuan masyarakat akan kebaikan dan kemuliaan, jalannya adalah ketaqwaan dan ketakwaan adalah kontribusi positif kepada sesama, sama-sama satu masyarakat, satu bangsa, maka Allah mengingatkan akramakum, yang diartikan paling mulia, padahal karom arti aslinya adalah dermawan, banyak memberi, jadi akrom, paling mulia, adalah paling banyak memberi, yang paling banyak memberi adalah yang paling taqwa, dan paling taqwa adalah paling banyak memberi kepada orang lain, keluarga, orang tua, kerabat, tetangga dekat dan jauh, sampai saudara satu bangsa, satu negara. Allah menggambarkan aqidah tauhid dan kontribusi kebaikan kepada seluaruh manusia, apakah anda tidak perhatikan bagaimana Allah membikin perumpamaan kalimat yang baik (tauhid) seperti yang baik akarnya, kokoh dahan dan rantingnya menjulur ke langit, memberikan buahnya setiap saat.
Setia dengan bangsa untuk memberikan yang terbaik adalah bagian dari agama. Rasulullah SAW bersabda, “Ad-din itu nasehat (ketulusan memberi terbaik). Ada yang bertanya, ‘Untuk siapa wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, ‘Untuk Allah, RasulNya, untuk kitabnya, dan para pemimpin dan msyarakat’.(Al-Hadis).”
Allah memerintahkan untuk berbuat baik kepada semua pihak, termasuk satu bangsa sebagai tetangga jauh: “Dan Rabbmu memerintahkan agar kalian tidak menyembah kecuali kepadaNya, dan berbuat baik kepada kedua orang tua, kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, tetangga dekat, tetangga jauh, dan budak-budak yang kalian miliki.” (Q.S. An-Nisa’/4: 36).
Islam mendasarkan berbuat adil dan ihsan kepada sesama manusia walaupun kepada orang kafir selama mereka tidak menzalimi, sebagiaman firman Allah: “Allah tidak melarang kalian berbuat baik dan adil kepada orang yang tidak memusuhi kalian, dan tidak mengusir kalian dari kampung halaman kalian, sesungguhnya Allah menyukai orang yang berbuat adil.” (Q.S. Al-Mumtahanah/60: 8).
Berbuat adil, ihsan dan menjauhi perbuatan merusak, keji dan munkar adalah dasar hidup berbangsa dan bermasyarakat. Ta’awun dalam kebaikan dan ketaqwaan yang membawa kenyamaan dan kesejahteraan. Ta’awun adalah operasional ajaran agama yang menjadikan semua warga mampu bekerja sama dalam kebaikan, saling memerintahkan dalam kebaikan dan saling melarang dari kemunkaran. Islam melarang keras berbuat kezaliaman terhadap sesama anak bangsa dan warga negara walaupun beda agama, dan siapa yang melakukan itu Rasulullah akan menjadi saksi yang memberatkan dirinya.
Rasulullah dan para sahabat berpesan kepada para sahabat untuk berbuat baik kepada seluruh penduduk mesir, karena Istri Nabi Ibrahim dari Mesir, dan Istri Rasulullah juga dari Mesir, jadi bukan hanya kepada satu bangsa melainkan tetangga negara yang jauhpun harus berbuat baik.
Rasulullah diwasiati oleh jibril AS agar memperhatikan tetangga, walaupun beda agama, sampai hampir saja beliau memberikan warisan kepada tetangga tetangganya tersebut, tetangga disini mencakup tetangga satu RT atau satu bangsa.
Satu negara satu bangsa diakui oleh konstitusi Negara Islam pertama Madinah yang dibangun oleh Rasulullah setelah mengakui eksistensi berbagai kabilah, juga mengakui sebagai warga negara yang memilki hak dan tanggung jawab yang sama.
Islam mengakui dan menjaga kebangsaan yang didasarkan atas ketulusan berbuat baik kepada sesama, dan mencegah timbulnya saling menzalimi, saling bermusuhan, dan semua itu dinilai sebagai keimanan. Maka dakwah kepada Islam dan berjuang agar dapat memberikan kontribusi paling bagus yaitu dengan ditegakkan nilai-nilai Islam yang luhur, berkeadilan, berkebajikan, merdeka, kerjasama dalam menciptakan kebaikan dan mencegah kemungkaran, menjadi landasan kebangsaan bernegara dan berbangsa, yang harus diperjuangkan oleh kaum muslimin untuk kebangsaan Indonesia.
Kebangsaan adalah fitrah tidak mungkin dingkari, hanya yang penting apa yang menjaga spirit berbangsa dan bernegara. Islam telah menggariskan nilai-nilai tersebut, saling ta’aruf, saling memahami dan memaklumi, saling menolong, dan saling menanggung beban. Allah berfirman: “Yaitu orang orang yang jika kami berikan kedudukan kepada mereka, mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat, memerintahkan kebaikan, melarang kemungkaran, dan milik Allah lah kesudahan yang baik” (Q.S. Al-Haj/22: 40).
Sesungguhnya Allah memerintahkan adil dan berbuat baik, dan memberikan kebaikan kepada kerabat, dan melarang berbuat keji dan mungkar, dan berbuat zalim permusuhan, Allah menasehati kalian agar kalian mengambil pelajaran.
Rasulullah dalam berdakwah menegaskan ketulusan beliau untuk memberikan yang terbaik untuk ummatnya, dan ketika mereka menentang, beliau menegaskan bahwa beliau tidak minta upah melainkan minta izin agar tetap mencintai. Kesimpulannya, apa yang dialamatkan dari berbagai tuduhan kepada kaum muslimin sebagai intoleran, garis keras, teroris, kaku adalah tudahan tidak mendasar, dan sangat memojokkan Islam dan muslimin karena keburukan niat dan tingkah laku mereka karena mereka ingin nyaman dalam kerusakan dan kemungkaran, dan kaum muslimin tetap menjaga bangsa Indonesia dari masukkan kerusakan kepada mereka. [ ].
Penulis: Muh Muinudinillah (Dosen FAI & Hukum UMS)
KOMENTAR