$type=ticker$cols=4$label=hide$show=post

[Edisi Terbaru]_$type=three$m=0$rm=0$h=420$c=3$snippet=hide$label=hide$show=home

Indonesia, (telah) Tumpah Darah-Ku

Keluarga Farhan Syafero berkabung. Pria berusia 30 tahun itu meregang nyawa menjadi korban kerusuhan 22 Mei. Ayah Farhan, Syafri Alamsyah mengungkapkan ketika menjemput jenasah putranya di RSCM, di leher Farhan ada lubang berukuran kira-kira 1 cm.

"Itu bolong, sampai belakang. Tembus, di sekitar tenggorokan tembus ke punggung belakang," ujar Syafri kepada BBC News Indonesia, Jumat (24/05).

Lantaran tidak diotopsi, jenasah Farhan hanya diberi keterangan meninggal secara tidak wajar oleh pihak rumah sakit. Dia menuturkan alasan jenasah putranya tidak diotopsi.

"Karena kemarin itu saya ngeliat anak saya ditelantarkan gitu aja di ruang jenasah, akhirnya kita bawa pulang langsung karena kasihan kan sudah dari jam 02:00 pagi sampai saya datang jam 07:00," kata dia.

Pria berusia 58 tahun ini mendesak kepolisian mengungkap penyebab kematian putranya yang dia duga karena peluru tajam. Sebelum meninggal, Farhan sempat dibawa ke RS Budi Kemuliaan.

Selain Farhan, Widianto Rizky Ramadan (17 tahun) juga meninggal dalam kerusuhan 22 Mei silam. Liani, bibi pelajar sekolah menengah atas yang tinggal di Slipi, Jakarta Barat itu mengatakan pada saat kericuhan meletus, Rizky justru pergi ke lokasi kejadian untuk membantu korban terluka.

"Dia kembali lagi untuk nolongin orang yang terluka, kaya sebelumnya kan ada korban tertembak, jadi dia nolongin," ujar Liani kepada BBC News Indonesia, Jumat (24/05).

Namun, Rizky justru menjadi korban. Dari lokasi kericuhan di Petamburan, dia langsung dibawa ke RSUD Tarakan di Jakarta Pusat.

Tragedi berdarah 21-22 Mei 2019 tersebut bermula dari demonstrasi di depan Gedung KPU terkait sengketa Pemilihan Presiden dan dugaan kecurangan yang dilakukan oleh berbagai pihak.

Pasca kejadian, Komnas HAM mengunjungi beberapa rumah sakit yang menjadi rujukan korban kerusuhan, termasuk tempat dilakukannya otopsi di RS Polri Kramat Jati. Menurut, Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik, ada empat korban meninggal yang diotopsi di rumah sakit. Berdasar temuan di lapangan, Damanik mengungkapkan beberapa orang diduga menjadi korban peluru tajam, merujuk pada luka mereka yang parah.

"Karena kami menemui korban-korban yang lain, bahkan yang ditembak dekat saja, peluru karet hanya [membuat] luka. Ada korban ditembak dalam jarak dua meter, dia hanya luka di dada," ujar Damanik.

Damanik menegaskan kepolisian harus mengungkap penyebab kematian dan jenis peluru yang bersarang di tubuh para korban.

"Itu jenis peluru apa, dari mana, tentu harus ada penyidikan lebih lanjut. Kita berharap tim yang dibentuk oleh Kapolri yang harus melakukan penyidikan, senjata apa yang digunakan dan siapa yang melakukan" kata dia.

Seperti diberitakan, untuk mengetahui asal-usul peluru tajam yang menewaskan para korban, Polri membentuk tim investigasi khusus. Tim investigasi ini juga dibentuk untuk menyelidiki penyebab kematian sejumlah peserta demonstrasi.

Pemantauan yang dilakukan KontraS pada 20 – 21 Mei 2019 dari sejumlah rumah sakit dan lapangan, kami mencatat setidaknya 300 orang mengalami luka-luka, 10 orang luka berat, dan 5 orang meninggal dunia yang telah terverifikasi (sementara dari pihak Pemprov DKI terdapat 6 orang tewas). Beberapa korban yang meninggal dunia diidentifikasi mengalami luka tembak dibagian dada dan leher.

Korban Reformasi Demokrasi

Kasus tragedi berdarah tersebut belum lagi tuntas, sampai kita mendapat sajian baru tentang kebrutalan dan tumpahnya darah anak bangsa ini. Ya, malam kelam itu; 30 September 2019.

Hari itu, demonstrasi menolak sejumlah rancangan undang-undang kontroversial kembali berlangsung. Aksi ini merupakan lanjutan dari unjuk rasa di hari sebelumnya, Selasa (24/9). Suasana titik utama demonstrasi di depan Gedung MPR/DPR di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, sudah kacau sejak sore. Polisi memukul mundur massa yang merupakan campuran pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum ke arah Stasiun Palmerah.

Tembakan gas air mata membuat jalanan penuh dengan asap putih. Sementara kendaraan taktis barracuda terus merangsek dari arah Jalan Gatot Subroto ke Jalan Pemuda untuk mendorong massa.

Kumparan.com melaporkan berdasarkan data Tim Advokasi Aliansi Masyarakat Untuk Keadilan dan Demokrasi total 1.365 orang demonstran ditangkap pada unjuk rasa 30 September 2019 itu. Banyak orang diangkut tanpa pemeriksaan.

Sampai 3 Oktober 2019, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menerima 390 aduan, mulai soal penganiayaan, pengeroyokan, hingga penangkapan yang berasal dari berbagai elemen masyarakat.

Darah Tumpah Kembali

Di Sulawesi Tenggara, demonstrasi mahasiswa untuk terkait Gerakan #ReformasiDikorupsi dan penolakan beberapa undang-undang menimbulkan korban jiwa. Dua korban meninggal dunia terkonfirmasi merupakan mahasiswa dari Universitas Haluoleo Kendari, Randy (21) dan Muh Yusuf Kardawi (19).

Berdasarkan keterangan saksi mata kepada CNNIndonesia.com, Randy yang menjadi mahasiswa Fakultas Perikanan semester 7 itu meninggal dunia usai terlibat bentrok antara mahasiswa dengan polisi di gedung DPRD Sultra. Terdapat luka di dada korban, namun belum dapat dipastikan mengenai penyebab luka.

Di sisi lain La Ode Yusuf Kardawi mengalami kritis setelah kepalanya dihantam oleh aparat. Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Sulawesi Tenggara, Marsono membenarkan kabar meninggalnya Yusuf pikul 04:05 WITA.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan belasungkawa atas korban meninggal pada aksi demonstrasi besar-besaran yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia yang berlangsung dipenghujung bulan September 2019. Jokowi mengaku tidak akan tinggal diam dan telah menginstruksikan kepada Kapolri Tito Karnavian untuk melakukan investigasi siapa dalang yang menjadi penyebab kematian dua orang mahasiswa tersebut.

Saat ini, Jokowi sudah dilantik kembali menjadi presiden untuk kedua kalinya. Sementara itu, Tito Karnavian diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri. Semoga tidak ada lagi darah anak bangsa yang tumpah lagi. Aamiin! [red]

KOMENTAR


Nama

Buya Risman,36,Edisi Terbaru,39,Ekonomi Islam,8,Ghazwul Fikri,6,Infografis,3,Khazanah,8,Kolom,73,Konsultasi,4,Mutiara Takwa,5,Opini,9,Sains,4,Sajian Khusus,17,Sajian Utama,50,
ltr
item
Majalah Tabligh: Indonesia, (telah) Tumpah Darah-Ku
Indonesia, (telah) Tumpah Darah-Ku
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgk6e4v_4d01pIc1m2NDpplHi7Wn3kqCt34NjnNEjC-zCj4aspAhdJKaafkzZS3o3XOZNFct_W3vdtHyKVnaqHmfxwhGNKjostlD9INrAzrxUXELPOPPBtdAykgaskjEza1-jaKTm8lKIP4/s320/Indonesia+Tumpah+Darahku.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgk6e4v_4d01pIc1m2NDpplHi7Wn3kqCt34NjnNEjC-zCj4aspAhdJKaafkzZS3o3XOZNFct_W3vdtHyKVnaqHmfxwhGNKjostlD9INrAzrxUXELPOPPBtdAykgaskjEza1-jaKTm8lKIP4/s72-c/Indonesia+Tumpah+Darahku.png
Majalah Tabligh
https://www.majalahtabligh.com/2019/11/indonesia-telah-tumpah-darah-ku.html
https://www.majalahtabligh.com/
https://www.majalahtabligh.com/
https://www.majalahtabligh.com/2019/11/indonesia-telah-tumpah-darah-ku.html
true
945971881399728876
UTF-8
Muat semua Tidak ditemukan TAMPILKAN SEMUA Baca lagi Jawab Cancel reply Hapus Oleh Beranda PAGES POSTS Tampilkan semua Rekomendasi untuk Anda UPDATE ARSIP CARI SEMUA POS Not found any post match with your request Kembali Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share to a social network STEP 2: Click the link on your social network Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy