Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah fakta dan sejarah
buruk masa lalu. Berkali-kali melakukan pengkhianatan terhadap bangsa dan
negara, itu semua ada sejarah dan ada faktanya bukan rekayasa. PKI sudah
dibubarkan dan dinyatakan sebagai partai terlarang di wilayah hukum Republik
Indonesia.
Komunisme adalah ideologi yang secara teologis adalah
atheisme, tidak mengakui adanya Tuhan, maka sekaligus ideologi komunis ini anti
agama. Malah menurut Karl Marx tokoh utama komunisme di dunia, agama apapun di
dunia adalah candu masyarakat. Komunisme telah dinyatakan sebagai ideologi
terlarang melalui TAP MPRS XXV/1966 tentang larangan faham komunisme dan
pembubaran Partai Komunis Indonesia (PKI).
Oleh karena itu komunisme sangat bertentangan dengan
Pancasila dan UUD 1945. Ir. Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia
terbukti gagal menyatukan nasionalisme, agama dan komunisme dalam satu doktrin
politik yang disebut NASAKOM yang berujung dengan pengkhianatan PKI pada tahun
1965 yang terkenal dengan peristiwa GESTAPU PKI atau dikenal juga dengan
sebutan Gerakan 30 September (G30S) Tahun 1965 yang terjadi di Jakarta dengan
Lobang Buaya sebagai bukti sejarah, di mana enam orang Jenderal dan satu
Perwira TNI Angkatan Darat disiksa dan dibunuh secara sadis kemudian dikuburkan
dalam satu Sumur Tua di Lobang Buaya dekat Pondok Gede Jakarta Timur.
Secara teori dalam konsep ajaran Islam tidak dikenal dengan
dosa turunan. Seseorang tidak akan memikul dosa orang lain. Tidak ada kata
pasti bahwa jika kakek dan bapaknya seorang komunis lalu anak dan keturunannya
akan jadi komunis. Bisa saja jadi terbalik, kakek dan bapaknya tokoh komunisme,
anak keturunannya sangat anti komunisme.
Akan tetapi dalam realitas sosial, kita mengenal dengan
adanya dendam sejarah, apalagi ketika sebuah generasi merasa pendahulunya
dizhalimi oleh sebuah kelompok atau rezim tertentu, maka akan muncul semangat
pembelaan dari generasi tersebut. Ketika generasi tersebut dalam jumlah yang
banyak dan secara ideologis memiliki militansia yang tinggi dan berhasil duduk
pada posisi yang menentukan, tentu sangat tidak mustahil mereka akan
terkonsolidasi menjadi sebuah kekuatan yang besar dan akan tekoordinasi menjadi
sebuah gerakan yang berbahaya. Saya termasuk senang membaca cerita silat cina
Asmaraman Ko Ping Ho dan film silat Mandarin, di sana sangat banyak cerita
dendam yang turun temurun sampai ceritanya tidak habis-habis berpuluh-puluh
jilid.
Bagi saya komunisme dengan teologi atheismenya adalah
ideologi yang sangat berbahaya dan telah membunuh jutaan manusia di dunia.
Dalam perspektif aqidah Islam, sebenarnya komunisme adalah kekufuran yang luar
biasa. Jika kemusyrikan, masih percaya Allah, kesalahannya mengakui ada tuhan
selain Allah. Tetapi komunisme tidak mempercayai adanya Tuhan, malah memusuhi
agama dan di antara doktrin perjuangannya adalah menghancurkan agama.
Sebagai salah satu mata rantai perjuangan menghadapi
komunisme di Indonesia, saya alhamdulillah ikut berjuang melalui Kesatuan Aksi
Pemuda Pelajar Indonesia yang disingkat dengan KAPPI. Pernah menjabat Ketua.
Seksi Indoktrinasi dan Propaganda (Kasi Indoprop), Ketua Priodik lI dan
terakhir menjabat Ketua Umum KAPPI Cabang 50 Kota Sumatera Barat. Ketika itu
saya masih berusia 17 tahun dan duduk di Kelas II SMEA Negeri Payakumbuh.
Kepada generasi muda Indonesia, saya imbau, mari belajar
sejarah, karena orang yang tidak tahu sejarah, akan digilas oleh sejarah.
PKI dan Komunisme adalah sejarah buruk masa lalu Indonesia.
Tidaklah ada kata damai dengan komunisme, jika tidak mau terulang sejarah masa
lalu.
Teori sejarah mengatakan, bahwa sejarah itu akan mengulangi
jejaknya. Kausalitas sejarah mengatakan bahwa dari sebab yang sama akan
melahirkan akibat yang sama. Jika kita tidak ingin sejarah buruk komunisme
terulang lagi dalam kehidupan bangsa dan negara kita; "TIDAK ADA KATA
DAMAI DAN KOMPROMI DENGAN KOMUNISME DI INDONESIA". Nashrun Minallahi Wa Fathun Qarieb!
Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh
Risman Muchtar
Wakil Ketua Majelis Tabligh PPM
Wakil Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat
Wakil Ketua Umum MUI Propinsi DKI Jakarta
KOMENTAR