Menarik pernyataan Sahabatku Najib Hamid, dan saya setuju dengan point-point yang beliau sampaikan.
Dengan semangat yang sama saya ingin memberi respon sebagai berikut:
1. Kelompok Pertama ini agak benar, karena memang ketika Muhammadiyah dipimpin oleh orang- orang yang tidak memiliki keberanian untuk melakukan koreksi terhadap pemerintah (qaulul haq 'inda sulthanin ja-ir), apalagi mendukung rezim yang tidak berpihak kepada dakwah, maka Muhammadiyah akan kehilangan roh jihadnya sebagai gerakan Islam dakwah amar makruf nahi munkar.
Tetapi strategi mereka dengan melakukan kampanye negatif tentu tidak sesuai dengan Kepribadian Muhammadiyah.
Yang harus mereka lakukan adalah amalan intiqad (kritik) internal (langkah 12), dan para pemimpin Muhammadiyah harus membuka diri untuk dikritik, dan kritik jangan dianggap sebagai hal yang tabu. Kritik harus dilihat sebagai pengamalan taushiyah bilhaq dan taushiyah bishshabri.
Kelompok ini harus diberikan nasehat yang benar agar tidak melakukan cara-cara yang tidak sesuai dengan Kepribadian Muhammadiyah.
2. Kelompok Kedua ini jelas tidak benar dan ini berbahaya bagi Persyarikatan Muhammadiyah, karena berpotensi merusak ideologi dan indepedensi Muhammadiyah, dan kelompok ini malah mau saja menjual Muhammadiyah dengan harga murah apalagi mahal untuk sekedar memperoleh keuntungan bagi pribadi dan kelompok mereka, baik keuntungan politik atau jabatan maupun keuntungan materi berupa uang dan fasilitas.
Kelompok ini harus diberikan teguran dan peringatan keras, dan diberikan sanksi yang tegas karena telah melakukan makar terhadap ideologi Muhammadiyah.
3. Kelompok Ketiga telah mendekati kebenaran, tinggal membuang kata mengatasnamakan penyelamat organisasi menjadi Kelompok Penyelamat Organisasi (KPO) atau Kelompok Pengawal Ideologi dan Independensi Muhammadiyah (KPIM).
Kelompok ini harus berusaha secara maksimal untuk mengawal ideologi dan indepedensi Muhammadiyah dari pengaruh dan kemasukan orang-orang yang berfaham sekulerisme, pluralisme dan liberalisme (SEPILIS), Syi'ah, Ahmadiyah, gerakan radikalisme dan ekstrimisme, ideologi dan aliran yang bertentangan dan tidak sejalan dengan Al Quran dan As Sunnah serta ideologi dan faham beragama sebagaimana yang termuat dalam berbagai dokumen resmi Persyarikatan Muhammadiyah.
Di Muhammadiyah tidak ada yang boleh frustasi dan tidak ada pula yang boleh merasa kecewa, karena di Muhammadiyah tidak ada bagi-bagi kekuasaan, kekayaan dan fasilitas. Di Muhammadiyah yang ada berbagi tanggung jawab. Setiap pribadi di Muhammmadiyah baik sebagai Pimpinan maupun anggota memiliki kesempatan yang sama menjadi aktifis dakwah sesuai posisi, kualifikasi dan profesi yang mereka miliki.
Jangan menjadi pengkhianat di Muhammadiyah dan mengkhianati amanah yang diberikan oleh Allah SWT melalui Persyarikatan Muhammadiyah dengan cara:
1. Memanfaatkan Muhammadiyah dengan segala fasilitas, pengaruh, citra dan kebesaran yang dimilikinya untuk kepentingan dan keuntungan pribadi dan kelompok termasuk kepentingan dan keuntungan politik berupa jabatan kekuasaan yang tidak berorientasi kepada kepentingan dakwah, visi & misi Muhammadiyah.
2. Tidak melaksanakan amanah sebagai Pimpinan Persyarikatan. Bersedia menerima jabatan tetapi tidak menunaikan tanggung- jawabnya secara maksimal. Menjadi Pimpinan hanya sekedar numpang dan nampang nama, tetapi tidak memiliki dedikasi dan konstribusi terhadap gerakan dakwah Muhammadiyah.
3. Memusuhi Muhammadiyah dengan memberikan dukungan kepada gerakan atau partai yang perjuangannya tidak sejalan dan bertentangan dengan ideologi Muhammadiyah, seperti mendukung RUU HIP yang secara tegas ditolak oleh Muhammadiyah, karena berpotensi mendegradasi Pancasila, dan yang lebih jahat lagi mendegradasi Tuhan dan Agama di bawah kebudayaan.
Semoga tulisan ini dapat menjadi bahan renungan bagi setiap Pimpinan, kader dan warga Muhammadiyah yang masih mencintai Muhammadiyah dengan segala ideologi, misi dan visinya.
Nashrun Minallahi Wa Fathun Qarieb
KOMENTAR