Karena pertimbangan kemaslahatan terkait wabah pandemi Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda berakhir, maka Tanwir Muhammadiyah yang dilaksanakan secara virtual 19 Juli 2020 menetapkan pengunduran Muktamar Muhammadiyah ke 48 sampai dengan tahun 2022, dan masih dibuka kemungkinan penyelenggaraannya pada tahun 2021 jika wabah pandemi Covid-19 telah dinyatakan tidak berbahaya lagi secara nasional.
Namun demikian, kelompok- kelompok yang berkepentingan terhadap Muktamar sejak lama sudah mulai ambil ancang-ancang mempersiapkan diri dengan segala taktik dan strategi yang akan dimainkan dan sudah mulai dimainkan untuk mempengaruhi berbagai keputusan Muktamar, baik yang bersifat ideologi, politik dan kekuasaan maupun yang berkaitan dengan tokoh-tokoh yang akan muncul memimpin Persyarikatan Muhammadiyah pada priode berikutnya (2022-2027).
Barangkali tidak heran, bila banyak kelompok kepentingan sudah mulai muncul, karena Persyarikatan
Muhammadiyah sekarang bukanlah Muhammadiyah puluhan tahun lalu dengan keadaan yang masih memprihatinkan, kurus, miskin dan kurang gizi. Di kala itu yang tertarik mengurus Muhammadiyah hanyalah orang-orang yang memiliki semangat jihad dan pengorbanan. Jangankan mendapat uang honor, transportasi atau uang saku, malah mereka harus menguras sakunya sendiri untuk mengurus Muhammadiyah.
Berkat kerja keras, perjuangan dan pengorbanan para pendahulu kita sejak KH Ahmad Dahlan dan para penerusnya dari pusat sampai ke ranting di seluruh pelosok negeri di Indonesia, Muhammadiyah sekarang sudah beda dengan dahulu. Dulu miskin, kurus dan kurang gizi, sekarang Muhammadiyah sudah kaya, gemuk 0dan sehat, sekalipun di beberapa daerah ada yang masih miskin, bagai kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau.
Beda dengan dulu, yang tertarik mengurus Muhammadiyah adalah orang-orang yang memiliki semangat jihad, karena Muhammadiyah dipandang sebagai ladang amal, tempat berjuang dan berkorban, jihad bil amwal wal anfus, harta dan jiwa, tenaga, waktu
dan fikiran, semua dikorbankan untuk berjuang dan berdakwah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Mereka adalah para mujahid dakwah, berjuang dan berkorban untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin semata-mata ingin mendapat ridha Allah SWT.
Sekarang Muhammadiyah sudah kaya, ada yang memperkirakan aset Muhammadiyah jika dirupiahkan telah mencapai Rp. 320 Triliyun atau lebih besar lagi. Dengan 173 Perguruan Tinggi, Ratusan Rumah Sakit, puluhan ribu sekolah Dasar dan Menengah dan ribuan TK yang, kotersebar di seluruh Indonesia, belum lagi amal usaha di bidang ekonomi, ratusan ribu hektar tanah, Muhammadiyah bagaikan anak kecil yang gemuk, sehat dan bergizi, cerdas dan lincah, banyak yang senang dan gemas, banyak yang ingin menggendong, tetangga sebelahpun kadang-kadang ikut-ikut rebutan, apalagi abang-abang dan paman-paman, karib kerabat dan tetangga dekat, mulai dari ingin berjihad sampai kepada yang ingin berniat jahat, mulai dari yang ingin berkorban untuk Muhammadiyah sampai kepada orang-orang yang ingin mengorbankan Muhammadiyah. Jadi tidak heran bila di beberapa daerah terjadi konflik rebutan amal usaha di
antara para kader, karena masing-masing merasa pihak yang paling berhak menjadi ahli waris di Muhammadiyah.
Persyarikatan Muhammadiyah yang sejak awal berdirinya lahir sebagai gerakan Islam, dakwah amar-ma’ruf nahi-munkar dan bercita-cita untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, bagaikan sebuah sungai yang dari hulunya bersih, tetapi karena dalam perjalanan banyak sampah lingkungan yang numpang hanyut, dan air got yang ikut bergabung, semakin ke hilir air sungai yang tadinya bersih berubah menjadi semakin kotor.
Inilah salah satu makna penting sebuah Muktamar sekali lima tahun di Muhammadiyah. Muktamar tidak hanya sekedar konsolidasi organisasi, memilih kepemimpinan yang baru dan menyusun program kerja untuk satu priode berikutnya. Lebih dari itu Muktamar merupakan sebuah momentum untuk melakukan koreksi total, apakah Pesawat Dakwah yang bernama Muhammadiyah yang memiliki dua sayap "amar-ma’ruf nahi-munkar" itu masih konsisten mengikuti pedoman kompas menuju Bandara Tujuan yaitu "Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya (MIS)" atau jangan-jangan sudah berbelok arah menuju Bandara lain, yaitu "Masyarakat Kacau Balau Penuh Kemusyrikan (MKB-PK). Apalagi dalam penerbangan ada gangguan navigasi berupa falam-faham sesat dan menyimpang yang dapat membelokan arah pesawat, seperti faham Sekulerisme, Pluralisme dan Liberalisme (Sepilis), Syi'ah, Ahmadiyah, faham radikalisme dan ekstrimisme, sosialisme dan komunisme serta faham sesat dan menyimpang lainnya yang dibawa oleh penumpang gelap yang berhasil naik pesawat dengan menggunakan dokumen asli tapi palsu (aspal).
Atau jangan-jangan pesawat tersebut ternyata belum tinggal landas alias masih tinggal di landasan, karena pengurus maskapai dan manajemen bersama pilot copilot dan krunya masih sibuk membenahi dan mengurus persiapan penerbangan yang tak kunjung selesai, sementara pesawat maskapai lain sudah banyak yang berangkat. Sebagian penumpang sudah mulai resah, khawatir pesawat tidak jadi berangkat atau malah bila jadi berangkat tetapi tujuannya bukan Bandara MIS. Akhirnya penumpang mulai mengambil inisiatif masing-masing pindah ke pesawat maskapai lain yang mereka yakini akan mampu mengantarkannya menuju ke Bandara sesuai tujuan semula.
Selain itu di salah satu bagian pesawat berbadan besar ini ada informasi yang tidak sedap dengan aroma yang bikin pusing kepala. Permainan politik uang dan intervensi pihak eksternal mulai mengganggu kemandirian dan harga diri dari Pesawat Dakwah ini, karena keadaan tersebut dapat merusak dua sayapnya yang bernama "amar-ma’ruf nahi-munkar" itu, karena ternyata pesawat ini tidak punya sistem pengaman yang bagus. Ini bukan hoaks, bukan berita bohong, tetapi kejadian atau peristiwa yang bergelanggang mata orang banyak, sudah bersuluh matahari, bukan bersuluh batang pisang, milyaran uang bertebaran di arena Muktamar salah satu Ortom Muhammadiyah.
Insiden ini tidak boleh terjadi di Muhammadiyah, karena selain dari merusak ideologi dan indepedensi, tetapi ini juga sangat memalukan dan menjatuhkan martabat dan harga diri dari gerakan dakwah ini. Bagaimana mungkin di sebuah organisasi yang ciri utama gerakannya adalah amar makruf nahi munkar, malah di dalam tubuhnya sendiri terjadi insiden yang tergolong kemunkaran yang luar biasa, karena dengan sistem politik uang yang terjadi secara masif di negeri telah merusak sendi-sendi demokrasi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 serta nilai-nilai kejujuran dan kebenaran yang terdapat dalam ajaran Islam.
Saya yakin dan percaya masih sangat banyak orang-orang baik yang ikhlas di Muhammadiyah. Mereka tidak mengejar pangkat dan jabatan, mereka bukan mencari hidup dan kehidupan di Muhammadiyah, dan mereka juga bukan mencari popularitas dan membangun pencitraan diri untuk memperoleh nilai tawar yang lebih tinggi di dunia politik, tetapi mereka adalah para mujahid dakwah yang setiap hari dan setiap saat yang ada dalam dirinya adalah keinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu yang konkrit dan nyata dalam ambil bagian tanggung jawab untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Menurut saya, kita masih punya cukup waktu untuk lebih membenahi diri dan memperbaiki kekeliruan kita pada masa lalu. Dua tahun bukanlah waktu yang terlalu lama jelang Muktamar Muhammadiyah ke 48 di Solo. Mari kita bersama persiapkan Muktamar yang Mandiri dan Bermartabat untuk Islam dan Indonesia yang Berkemajuan, Insya Allah.
KOMENTAR